ilustrasi- sumber dokumen pribadi
Bismillahirrahmanirrahim...
Irian Jaya terletak antara
00 09’-100 43’ LS dan 1300 45’- 1500 48’ BT. Provinsi Papua merupakan provinsi
yang terluas di Indonesia yaitu sekitar 410.660 Km2. Semakin luas
sebuah pulau maka semakin kaya pula sumber daya alam (SDA) yang terdapat
didalamnya. Sumber daya alam (SDA) yang ada di wilayah Papua cukup perpotensi
untuk dikembangkan, SDA tersebut diantaranya sumber daya kehutanan, bidang pertambangan
dan galian, berbagai macam satwa endemik, serta beberapa taman nasional yang
berada di Papua memiliki pemandangan yang eksotis dapat dikembangkan sebagai
sektor pariswisata. Oleh karena itu sangat disayangkan apabila kurangnya
pengetahuan untuk mengeksplorasi kekayaan alam tersebut secara bijak.
Pengetahuan mengelola sumber daya hayati yang ada papua harus melibatkan putra-
putri didaerah tersebut supaya tidak terjadi kecemburuan, terlebih itu adalah
tanah leluhur mereka.
Hal pertama yang perlu
diperhatikan pemerintah adalah gizi putra putri di Papua. Sungguh miris jika
negara kita yang subur ini ada kasus gizi buruk. Bagamana bisa menyerap
pelajaran di sekolah jika anak- anak disana masih menghadapi masalah gizi
buruk. Kegiatan belajar memerlukan lebih banyak energi karena otak yang
digunakan. Perlunya menerapkan program gizi seimbang baik karbohidrat, protein,
vitamin, dan mineral. Karbohidrat tidak hanya didapat dari beras, karena beras
mahal tentunya bisa diganti dengan talas dan ubi. Protein pun tidak mesti
berasal dari hewani, namun bisa juga didapat dari nabati. Kacang- kacang dan
olahannya dapat digunakan sebagai pengganti protein. Vitamin dan mineral bisa
didapat dari sayur dan buah- buahan yang ditanam. Supaya gizi sempurna maka
susu sangat diperlukan, adanya kandungan kolostrum pada susu membuat tubuh
menjadi sehat dan kuat. Sesuai dengan program revolusi putih.
Setelah gizi tercukupi maka
anak- anak di Papua akan siap menerima pelajaran. Namun ketika mereka sudah
siap fasilitas yang ada kurang memadai. Seperti buku pelajaran maupun buku
bacaan. Padahal seperti yang kita ketahui, buku adalah jendela dunia. Bagaimana
mereka bisa melihat dunia bila buku pun sulit didapat, jika pun ada harganya
mahal. Maka perlu diadakannya program sumbangan buku untuk papua. Membuka
perpustakaan di daerah perkotaan, dan untuk di daerah pelosok papua diperlukan
perpustakaan keliling. Supaya menarik minat baca anak- anak.
Menumbuhkan minat baca anak
diperlukan, tapi ada yang tak kalah penting yaitu ketersediaan tenaga pengajar
atau guru. Guru adalah penerang dan gulita. Guru merupakan salah satu modal
untuk membangun bangsa. Tidak adanya pemerataan tenaga pengajar membuat mereka
ketinggal. Banyak guru dikota- kota besar mengeluh peserta dididiknya belum
bisa membaca. Padahal di Papua siswa SMA pun ada yang belum lancar membaca.
Tingkat buta huruf di Papua pun cukup tinggi. Sebaiknya apabila terjadi
penumpukan tenaga pengajar di kota- kota besar mungkin bisa di over ke Papua.
Jika jendela dunia “buku”
dan penerang dalam gulita “guru” dapat saling melengkapi maka dibutuhkan
perangkat lain yang membuat pendidikan putra putri papua semakin maju. Dituntut
adanya media informasi yaitu internet agar bisa menambah wawasan baik dari
dalam negeri maupun luar negeri. Perlu fasilitas internet bagi para siswa agar
mengikuti perkembangan iptek saat ini. Diharapkan setiap sekolah mendapatkan
fasilitas internet untuk menunjang proses pembelajaran.
Memang dibutuhkan perjuangan
untuk mengejar pendidikan yang ada di kota- kota besar. Terlepas dari gizi dan
fasilitas yang merupakan faktor eksternal ada pun faktor internal yang ikut berpengaruh.
Budaya dan adat istiadat yang masih dipegang teguh juga mempengaruhi pendidikan
disana. Anak- anak di Papua cenderung malas untuk sesuatu hal yang baru bagi
mereka. Adat istiadat ini pun termasuk bagian dari budaya sangat bergantung
pada situasi sosial dan ekonomi masyarakat. Menjadi pe-er bersama untuk
mengurangi atau menghilangkan kebiasaan malas dan harus berani belajar hal
baru. Agar putra putri disana lebih bersemangat belajar maka diperlukan
beasiswa khusus anak- anak Papua.
Faktor eksternal lainnya
adalah masih sering terjadinya konflik yang terjadi antar suku di Papua.
Sehingga jika suasana tidak kondusif maka mereka terpaksa tidak dapat berangkat
ke sekolah. Sangat disayangkan apabila konflik antar suku tidak ditanganin
dengan baik karena akan menghambat proses belajar mengajar. Maka perlu
ditanamkan rasa cinta damai agar kelak tidak terjadi konflik lagi. Pengaman
juga tetap diperlukan baik dari prajurit TNI maupun Polri.
“Ibarat Mengasah Berlian
dengan Cara yang Benar Akan Membuat Kilau Berlian Semakin Menawan”. Sama halnya
dengan generasi putra putri di Papua, mereka adalah berlian- berlian Indonesia
yang perlu di asah supaya kemilaunya sampai ke seluruh Jagat Raya.
Komentar
Posting Komentar